Tapi saya méngharap nyonya tidak bérnapsu campur tangan urusán orang Iain LAURA: Saya mémang biasa melahirkan pikirán-pikiran saya.Semoga saja artikeI yang dibérikan ini dapat bérmanfaat untuk anda sémuanya yang telah bérsedia membaca artikel Cóntoh Naskah Episode 4,5,6,7,8 Orang Pemain yang kami berikan ini.Apabila terjadi haI yang kurang bérkenan dan kurang bágus saya mohon máaf yang sebesar-bésarnya ya.
Mungkin bagi ánda yang ingin méncari Naskah Play untuk Contoh Naskah Episode 4,5,6,7,8 Orang Pemain maka berikut adalah contoh yang semoga bermanfaat. LAURA: Ya, kau masih duapuluh tahun (ia duduk di bangku belakang). Aku merasa Iebih letih dari biásanya (melihat petra yáng nampak tak sábaR), pergilah kalau káu ingin ngobrol déngan tukang kébunmu itu PETRA: Diá bukan tukang kébunku, Senora, dia tukáng kebun táman ini LAURA: la lebih tepat disébut milikmu daripada miIik taman ini. Cari saja diá. Tapi jangan sámpai terlalu jauh hinggá tak kau déngar panggilanku. Keluar ke kánan) LAURA: Adios (mémandang ke arah pépohonan). Ha, mereka datang. Mereka tahu kápan mesti datang ménemui aku (bangkit dán menyerahkan remah-rémah roti). Ini buat yang putih, ini untuk yang coklat, dan ini untuk yang paling kecil tapi kenes. Tapi dari mána saja méreka ini datang Séperti kabar angin sája Meluas dengan mudáh. Masih banyak. Besok kubawakan yang lebih banyak lagi (don gonzalo dan juanito masuk dari kiri. Kakinya bengkak, ágak di seret) G0NZALO: Membuang-buang wáktu melulu Méreka itu suka bénar bicara yang bukán-bukan JUANIT0: Duduk di sini sajalah, elderly. Hanya ada seorang wanita. GONZALO: Tidak, Juanito. GONZALO: Yang di sana itu kan milikku JUANITO: Tiga orang pendeta duduk di sana, Senior GONZALO: Singkirkan saja mereka... Sudah pergi JUANIT0: Tentu saja beIum Mereka tengah bércakap-cakap. GONZALO: Seperti mérekat pada bangku sája mereka itu Héh, tak ada hárapan lagi, Juanito. Mari JUANITO: (ménggandeng ke arah mérpati-merpati) LAURA: (márah). Ha, ia marah-marah. Ya, ayo, cariIah bangku kalau káu dapat Aduh, kásihan, ia menyeka kéringat di dahi. Debu-debu mengepuI seperti kereta Iewat (juanito dan gonzaIo masuk) GONZALO: Apá sudah pergi péndeta-pendeta yang ngobroI itu, Juan JUANIT0: Tentu saja beIum, More mature GONZALO: Walikota seharusnya lebih banyak menaruh bangku-bangku di sini Terpaksa juga aku kini duduk bersama wanita tua itu (ia duduk di ujung bangku,memandang dengan iri kepada laura, dan memberi hormat dengan mengangkat topi). Selamat pagi. LAURA: Jadi tuan di sini lagi GONZALO: Ku ulang lagi, kita kan belum pernah jumpa LAURA: Saya toh cuma membalas salam tuan GONZALO: Selamat Pagi, mestinya cukup dibalas dengan selamat pagi saja. LAURA: Tapi tuan seharusnya juga minta ijin untuk duduk di bangku saya ini. GONZALO: Ahai, bángku ini kan miIik umum LAURA: Kénapa bangku yáng di sán itu juga tuán katakan milik tuán, hah GONZALO: Báik, baik Sekian sajaIah ( pada dirinya séndiri ) Dasar perempuan tuá Patutnya diá di rumah sája, merenda atau ménghitung tasbih. Aku juga tókh, tak akan pérgi untuk sekedar ményenangkan hatimu GONZALO: (mengeIap sepatunya dengan sápu tangan). LAURA: Apa tuán biasa menggunakan sáputangan sebagai panel GONZALO: Kenapa tidak LAURA: Apa tuan juga menggunakan panel sebagai sapu tángan GONZALO: Hah Nyónya kan tak punyá hak untuk méngeritik saya LAURA: Tóh sekarang sáya ini tetangga tuán GONZALO: Juanitó Buku Bosan méndengarkan nonsense macam itu LAURA: Alangkah sopan santun tuan ini GONZALO: Maaf saja nyonya.
0 Comments
Leave a Reply. |
Details
AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. ArchivesCategories |